-->

Dinasti Qing "Dinasty terakhir China"

bedera Dinasty Qing
Dinasti Qing adalah Dinasti terakhir di China dan merupakan sebuah Dinasti asing yang memerintah di China, asing dalam artian Dinasti yang bukan Han artinya bukan dari etnis orang-orang cina (ada dua Dinasti di china yang bukan dari Han yaitu Dinasti Yuan Mongolia dan Dinasti Qing suku Manchu), dikarenakan Dinasti Qing adalah Dinasti yang didirikan oleh orang-orang Manchuria dari klan Asian Gioro, dan Dinasti ini juga dikenal dengan nama Dinasti Manchu. pemerintahannya banyak mengadopsi dari pemerintahan sebelumnya yaitu Dinasti Ming serta meleburkan diri ke dalam wujud Etnis China.

Orang Manchuria melepaskan diri dari Dinasti Ming dan menyatukan klan-klan suku Jurchen (sebutan untuk orang-oarang sebelum di panggil Manchu) karena melemahnya pemerintahan Dinasti Ming.

Bermula pada tahun 1609-M di daerah sebelah timur laut China Nurhachi mendirikan Dinasti Jin dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar dan Khan (gelar seorang kaisar Dinasty Jin) sampai pada akhirnya meninggal dalam peperangan dengan Dinasti Ming yang dipimpin jendral Yuan Chonghuan. Anak dari Kaisar Nurhachi yang ke-4 Huangtaiji naik tahta menjadi Khan agung negara Jin yang baru (setelah diisukan menyingkirkan saudara-saudaranya yang layak menjadi kandidat Khan). Huangtaiji mengubah nama negaranya dari 'Jin' (secara harfiah berarti emas) menjadi 'Qing' (secara harfiah artinya murni) sehingga nama negaranya Kekaisarannya menjadi Qing Agung. dan juga bangsanya dari Jurchen menjadi Manchu



klan manchuria digarisi merah dalam peta
klik untuk memperbesar gambar


Wu Sangui, jendral Dinasti Ming yang menjaga gerbang Shanhai menolak bergabung dengan Li Zicheng (ketua pemberontakn yang menguasai kota Beijing) dan  Wu Sangui meminta bantuan bangsa Manchu di bawah pimpinan pangeran wali Duo'ergun. Kesempatan ini diambil oleh pasukan-pasukan delapan bendera Dinasti Qing untuk mengambil alih Beijing dan bergerak ke selatan. Jendral Wu Sangui membuka gerbang tembok besar dan pasukan delapan bendera Dinasti Qing berhasil merebut Beijing dari Li Zicheng. Pada tahun 1644 M  pangeran Duo'ergun menyatakan bahwa Dinasti Qing dengan kaisarnya Shunzhi menjadi pengganti dan pewaris Dinasti Ming dan mendapat mandat dari langit beralih dari Dinasti Ming kepada Dinasti Qing. Dengan bantuan jendral-jendral dinasti Ming yang membelot ke Dinasti Qing, pasukan delapan bendera bangsa Manchu bergerak ke selatan menghabisi sisa-sisa dinasti Ming yang mendirikan tahta baru di selatan (Dinasti Ming selatan). Baru pada tahun 1664 M Dinasti Qing benar-benar telah mengambil alih seluruh daratan Cina. Di bawah pemerintahan Kaisar Kangxi, pulau Taiwan akhirnya berhasil direbut dari sisa pasukan yang setia kepada Dinasti Ming pada tahun 1683 M.

Pada tahun 1662-1796 M Dinasti Qing mencapai puncak kejayaannya dalam masa pemerintahan Kaisar Kangxi,  Yongzheng, dan Qianlong. sampai akhirnya Pada tahun 1908 M Kaisar Guangxu dan Ibu Suri Cixi wafat pada saat yang bersamaan dan tahta diserahkan kepada keponakan kaisar Guangxu, Aixinjueluo Puyi (kaisar kedua belas Dinasti Qingdan kaisar terkhir Dinasty Tiongkok) yang berumur 3 tahun dengan ayahnya Pangeran Chun sebagai pangeran wali. Pangeran Chun berniat membunuh Yuan Shikai sesuai wasiat kaisar Guangxu namun digagalkan oleh Zhang Zhidong dengan alasan membunuh Yuan dapat mengakibatkan pemberontakan tentara Beiyang. Karena kekuatan militer tentara Beiyang yang dipimpin Yuan Shikai cukup besar, Yuan dipanggil lagi untuk memerangi kekuatan nasionalis di selatan yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen. Pemberontakan di Wuchang pada 10 Oktober 1911 M berhasil dan diikuti dengan didirikannya Republik Cina di selatan dengan Nanjing sebagai ibukota dan Sun Yat Sen sebagai kepala sementara. Sejak saat itu berbagai propinsi di selatan menyatakan lepas dari Dinasti Qing untuk bergabung dengan republik.

Yuan menyingkirkan pangeran Chun dan membuat kabinet yang isinya adalah kroni-kroninya dengan Yuan sendiri sebagai Perdana Menteri. Namun Yuan berhubungan dengan Sun untuk kepentingan pribadinya. Sun setuju untuk menyerahkan tampuk kepresidenan untuk Yuan bila ia setuju untuk memaksa Kaisar Xuantong (Puyi) turun tahta.

Pada tahun 1912 Yuan Shikai memaksa Ibu Suri Longyu (janda kaisar Guangxu) untuk menurunkan maklumat turun tahtanya kaisar Xuantong (Puyi). Pihak republik berjanji untuk membiarkan kaisar Puyi tetap menempati sebagian kota terlarang dan mempertahankan gelar Kaisar, walaupun hanya akan dihormati seperti layaknya Kaisar negara asing. Dinasti Qing pun berakhir pada 12 Februari 1912.

Dinasti Qing terkenal dengan kebijakannya yang tidak populer di kalangan bangsa Han dengan memaksa mereka menuruti cara berpakaian dan gaya rambut bangsa Manchu. Gaya rambut bangsa Manchu yang mencukur rambut bagian depan dan mengepang rambut bagian belakang dianggap penghinaan oleh bangsa Han, yang menganggap rambut adalah turunan yang didapatkan dari leluhur. Di zaman tersebut, bagi orang Han yang tidak mematuhi peraturan ini akan menghadapi hukuman penggal. Satu istilah yang populer di zaman tersebut adalah potong kepala. Di bidang pemerintahan, Dinasti Qing mengadopsi cara-cara dari Dinasti Ming terutama anutan Konghucu. Walaupun pada awalnya pembauran antara bangsa Han dilarang demi untuk mempertahankan budaya dan ciri bangsa Manchu, pada akhir abad ke 19 bangsa Manchu sudah sangat membaur dengan bangsa Han dan kehilangan banyak identitas mereka, contohnya bahasa Manchu yang lama kelamaan digantikan hampir sepenuhnya dengan bahasa Mandarin, bahkan dalam lingkungan keluarga kerajaan.
Gaya rambut bangsa Manchu


3 Responses to "Dinasti Qing "Dinasty terakhir China""

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel